Sejarah Candi Borobudur - Situs Warisan Dunia
Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Kecamatan Borobudur
Kabupaten Magelang yang letaknya sebelah selatan + 15 km sebelah
selatan kota Magelang dataran kedu yang berbukit hampir seluruhnya di
kelilingi pegunungan, pegunungan yang mengelilingi Candi Borobudur di antaranya di sebelah timur terdapat Gunung Merbabu dan Gunung Merapi Barat, Laut Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro.
Candi Borobudur dibangun sekitar abad ke 8 sampai awal abad ke 9, ini didasari pada tulisan singkat yang ada di atas figura relief kaki asli Candi Borobudur. Pendirinya adalah Raja Samaratungga salah satu raja dari kerajaan Mataram Kuno yang disebut-sebut sebagai masa keemasannya wangsa Syailendra.
Tahap Pembangunan Candi Borobudur :
- Tahap pertama >> Masa
pembangunan Borobudur tidak diketahui pasti (diperkirakan antara 750
dan 850 M). Pada awalnya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya
dirancang sebagai piramida berundak. tetapi kemudian diubah. Sebagai
bukti ada tata susun yang dibongkar.
- Tahap kedua >> Pondasi Borobudur diperlebar, ditambah dengan dua undak persegi dan satu undak lingkaran yang langsung diberikan stupa induk besar.
- Tahap ketiga >> Undak
atas lingkaran dengan stupa induk besar dibongkar dan dihilangkan dan
diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa dibangun pada puncak
undak-undak ini dengan satu stupa besar di tengahnya.
- Tahap keempat >> Ada perubahan kecil seperti pembuatan relief perubahan tangga dan lengkung atas pintu.
Penemuan Kembali Candi Borobudur

Candi Borobudur
adalah karya seni terbesar yang merupakan hasil karya sangat mengagumkan
telah dan hampir terlupakan selama tenggang waktu yang cukup lama
bahkan sampai berabad–abad. Diperkirakan hanya 150 tahun Candi Borobudur
di gunakan sebagai pusat Ziarah. Sejak runtuhnya kerajaan Mataram Konu
pada tahun 930 M, pusat kehidupan dan kebudayaan jawa bergeser ke timur,
Candi Borobudur mulai terbengkalai dan tak terurus, tumbuhan liar yang lama kelamaan menjadi rimbun dan menutupi bangunannya.
Pada
tahun 1814 M
Letnan Gubernur Jendral Inggrs Sir Thomas Stamford Rafles mengunjungi
Indonesia yang ketika itu di jajah Inggris pada tahun 1811 M –1816 M.
Ia mengutus H.C.
Cornelius, seorang insinyur Belanda, untuk menyelidiki keberadaan
bangunan besar ini. Dalam dua bulan, Cornelius beserta 200 bawahannya
menebang pepohonan dan semak belukar yang tumbuh di bukit Borobudur
dan membersihkan lapisan tanah yang mengubur candi ini. Karena ancaman
longsor, ia tidak dapat menggali dan membersihkan semua lorong. Ia
melaporkan penemuannya kepada Raffles termasuk menyerahkan berbagai
gambar sketsa candi Borobudur. Meskipun penemuan ini hanya
menyebutkan beberapa kalimat, Raffles dianggap berjasa atas penemuan
kembali monumen ini, serta menarik perhatian dunia atas keberadaan
monumen yang pernah hilang ini.
Pada tahun 1835 M seluruh candi Borobudur
di bebaskan dari apa yang menjadi penghalang pemandangan oleh Presiden
kedua yang bernama Hartman, karena begitu tertariknya terhadap Candi Borobudur
sehingga ia mengusahakan pembersihan lebih lanjut, puing –puing yang
masih menutupi candi di singkirkan dan tanah yang menutupi lorong –
lorong dari bangunan semua juga dibersihkan sehingga candi lebih baik di
bandingkan sebelumnya.
Bagian-bagian candi Borobudur
banyak dicuri sebagai benda cinderamata, arca dan ukirannya diburu
kolektor benda antik. Pemerintah Hindia Belanda mengizinkan untuk
menghadiahkan delapan gerobak penuh arca dan bagian bangunan Borobudur
kepada Raja Thailand, Chulalongkorn, Artefak
yang diboyong ke Thailand antara lain; lima arca Buddha bersama dengan
30 batu dengan relief, dua patung singa, beberapa batu berbentuk kala,
tangga dan gerbang, dan arca penjaga dwarapala yang pernah berdiri di Bukit Dagi — beberapa ratus meter di barat laut Borobudur. Beberapa artefak ini, yaitu arca singa dan dwarapala, kini dipamerkan di Museum Nasional di Bangkok.
 |
Batu Peringatan Pemugaran |
Pada tahun 1973, candi Borobudur
mengalami pemugaran besar-besaran yang melibatkan ratusan pekerja muda
dengan menghabiskan dana yang cukup besar, prasasti dimulainya pekerjaan
pemugaran Candi Borobudur terletak di sebelah Barat Laut Menghadap ke timur. UNESCO memasukan Borobudur kedalam Situs Warisan Dunia pada tahun 1991.
Secara keseluruhan candi Borobudur mengalami banyak pemugaran, berikut Ikhtisar Waktu Proses Pemugaran Candi borobudur :
- 1814 - Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Britania Raya di Jawa, mendengar adanya penemuan benda purbakala di desa Borobudur. Raffles memerintahkan H.C. Cornelius untuk menyelidiki lokasi penemuan, berupa bukit yang dipenuhi semak belukar.
- 1873 - monografi pertama tentang candi diterbitkan.
- 1900 - pemerintahan Hindia Belanda menetapkan sebuah panitia pemugaran dan perawatan candi Borobudur.
- 1907 - Theodoor van Erp memimpin pemugaran hingga tahun 1911.
- 1926 - Borobudur dipugar kembali, tapi terhenti pada tahun 1940 akibat krisis malaise dan Perang Dunia II.
- 1956 - Pemerintah Indonesia meminta bantuan UNESCO. Prof. Dr. C. Coremans datang ke Indonesia dari Belgia untuk meneliti sebab-sebab kerusakan Borobudur.
- 1963 - Pemerintah Indonesia mengeluarkan surat keputusan untuk memugar Borobudur, tapi berantakan setelah terjadi peristiwa G-30-S.
- 1968 - Pada konferensi-15 di Perancis, UNESCO setuju untuk memberi bantuan untuk menyelamatkan Borobudur.
- 1971 - Pemerintah Indonesia membentuk badan pemugaran Borobudur yang diketuai Prof.Ir.Roosseno.
- 1972 - International Consultative Committee dibentuk dengan melibatkan berbagai negara dan Roosseno sebagai ketuanya. Komite yang disponsori UNESCO menyediakan 5 juta dolar Amerika Serikat dari biaya pemugaran 7.750 juta dolar Amerika Serikat. Sisanya ditanggung Indonesia.
- 10 Agustus 1973 - Presiden Soeharto meresmikan dimulainya pemugaran Borobudur; pemugaran selesai pada tahun 1984
- 21 Januari 1985 - terjadi serangan bom yang merusakkan beberapa stupa pada Candi Borobudur yang kemudian segera diperbaiki kembali. Serangan dilakukan oleh kelompok Islam ekstremis yang dipimpin oleh Husein Ali Al Habsyi.
- 1991 - Borobudur ditetapkan sebagai Warisan Dunia UNESCO.
Nama Borobudur kemungkinan berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu artinya "gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras.
Ada penjelasan lain yaitu Borobudur
berasal dari dua kata "bara" dan "beduhur". Kata bara konon berasal
dari kata biara/vihara dan beduhur artinya ialah "tinggi", atau
mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti "di atas".
Jadi maksudnya ialah sebuah biara atau asrama yang berada di tanah tinggi.
Candi Borobudur di bangun mengunakan batu Adhesit sebanyak 55.000 M3
bangunan Candi Borobudur berbentuk limas yang berundak – undak dengan tangga naik pada ke – 4 sisinya ( Utara, selatan, Timur Dan Barat )
pada Candi Borobudur tidak ada ruangan di mana orang tak bisa masuk melainkan bisa naik ke atas saja. Lebar bangunan Candi Borobudur 123 M dengan Panjang bangunan Candi Borobudur 123 M dan sudut yang membelok 113 M serta tinggi bangunan Candi Borobudur 30.5 M. Pada kaki yang asli di di tutup oleh batu Adhesit sebanyak 12.750 M3 sebagai selasar undaknya.
Candi Borobudur
memiliki struktur dasar punden berundak, dengan enam pelataran
berbentuk bujur sangkar, tiga pelataran berbentuk bundar melingkar dan
sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Selain itu tersebar di semua
pelatarannya beberapa stupa.
Bagian kaki Borobudur melambangkan Kamadhatu,
yaitu dunia yang masih dikuasai oleh kama atau "nafsu rendah". Bagian
ini sebagian besar tertutup oleh tumpukan batu yang diduga dibuat untuk
memperkuat konstruksi candi.
Pada bagian yang tertutup struktur
tambahan ini terdapat 120 panel cerita Kammawibhangga. Sebagian kecil
struktur tambahan itu disisihkan sehingga orang masih dapat melihat
relief pada bagian ini.
Empat lantai dengan dinding berelief di atasnya oleh para ahli dinamakan Rupadhatu. Lantainya berbentuk persegi. Rupadhatu
adalah dunia yang sudah dapat membebaskan diri dari nafsu, tetapi masih
terikat oleh rupa dan bentuk. Tingkatan ini melambangkan alam antara
yakni, antara alam bawah dan alam atas. Pada bagian Rupadhatu ini
patung-patung Buddha terdapat pada ceruk-ceruk dinding di atas
ballustrade atau selasar.
Mulai lantai kelima hingga ketujuh dindingnya tidak berelief.
Tingkatan ini dinamakan Arupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud). Denah lantai berbentuk lingkaran.
Tingkatan
ini melambangkan alam atas, di mana manusia sudah bebas dari segala
keinginan dan ikatan bentuk dan rupa, namun belum mencapai nirwana.
Patung-patung Buddha ditempatkan di dalam stupa yang ditutup
berlubang-lubang seperti dalam kurungan. Dari luar patung-patung itu
masih tampak samar-samar. Tingkatan tertinggi yang menggambarkan
ketiadaan wujud dilambangkan berupa stupa yang terbesar dan tertinggi.
Stupa digambarkan polos tanpa lubang-lubang.
Borobudur tidak memiliki ruang-ruang pemujaan seperti candi-candi lain.
Yang ada ialah lorong-lorong panjang yang merupakan jalan sempit.
Lorong-lorong dibatasi dinding mengelilingi candi tingkat demi tingkat.
Di lorong-lorong inilah umat Buddha diperkirakan melakukan upacara berjalan kaki mengelilingi candi ke arah kanan.
Bentuk
bangunan tanpa ruangan dan struktur bertingkat-tingkat ini diduga
merupakan perkembangan dari bentuk punden berundak, yang merupakan
bentuk arsitektur asli dari masa prasejarah Indonesia.
Struktur Borobudur bila dilihat dari atas membentuk struktur Mandala. Struktur Borobudur tidak memakai semen sama sekali, melainkan sistem interlock yaitu seperti balok-balok Lego yang bisa menempel tanpa lem.
Secara keseluruhan candi Borobudur terdiri dari :
PATUNG
 |
Patung Budha |
Di dalam bangunan Budha terdapat patung – patung Budha berjumlah 504 buah diantaranya sebagai berikut:
Patung Budha yang terdapat pada relung – relung : 432 Buah
Sedangkan pada teras I, II, III berjumlah : 72 Buah
Jumlah : 504 Buah
Susunan patung Budha pada candi Bororbudur sebagai berikut:
- Langkah I Teradapat : 104 Patung Budha
- Langkah II Terdapat : 104 Patung Budha
- Langkah III Terdapat : 88 Patung Budha
- Langkah IV Terdapat : 22 Patung Budha
- Langkah V Terdapat : 64 Patung Budha
- Teras Bundar I Terdapat : 32 Patung Budha
- Teras Bundar II Terdapat : 24 Patung Budha
- Teras Bundar III Terdapat : 16 Patung Budha
Jumlah : 504 Patung Budha
PATUNG SINGA
 |
Patung Singa |
Pada Candi Borobudur
selain patung Budha juga terdapat patung singa jumlah patung singa
seharusnya tidak kurang dari 32 buah akan tetapi bila di hitung sekarang
jumlahnya berkurang karena berbagai sebab satu satunya patung singa
besar berada pada halaman sisi Barat yang juga menghadap ke barat seolah
– olah sedang menjaga bangunan Candi Borobudur yang megah dan anggun.
STUPA
- Stupa Induk >> Berukuran
lebih besar dari stupa – stupa lainya dan terletak di tengah – tengah
paling atas yang merupakan mahkota dari seluruh monumen bangunan Candi Borobudur, garis
tengah Stupa induk + 9.90 M puncak yang tertinggi di sebut pinakel /
Yasti Cikkara, terletak di atas Padmaganda dan juga terletak di garis
Harmika.
- Stupa Berlubang / Terawang >> Yang
dimaksud stupa berlubang atau terawang ialah Stupa yang terdapat pada
teras I, II, III di mana di dalamnya terdapat patung Budha. Di Candi Borobudur jumlah stupa berlubang seluruhnya 72 Buah, stupa – stupa tersebut berada pada tingkat Arupadhatu. Teras I terdapat 32 Stupa, Teras II terdapat 24 Stupa, Teras III terdapat 16 Stupa. Jumlah 72 Stupa
 |
Stupa Borobudur |
- Stupa kecil >> Stupa
kecil berbentuk hampir sama dengan stupa yang lainya hanya saja
perbedaannya yang menojol adalah ukurannya yang lebih kecil dari stupa
yang lainya, seolah – olah menjadi hiasan bangunan Candi Borobudur
keberadaan stupa ini menempati relung – relung pada langkah ke II
saampai langkah ke V sedangkan pada langkah I berupa Keben dan sebagian
berupa Stupa kecil jumlah stupa kecil ada 1472 Buah.
RELIEF

Di setiap tingkatan
dipahat relief-relief pada dinding candi. Relief-relief ini dibaca
sesuai arah jarum jam atau disebut mapradaksina dalam bahasa Jawa Kuno
yang berasal dari bahasa Sansekerta daksina yang artinya ialah timur.
Relief-relief ini bermacam-macam isi ceritanya, antara lain relief-relief cerita Jaka.
Pembacaan
cerita-cerita relief ini senantiasa dimulai, dan berakhir pada pintu
gerbang sisi timur di setiap tingkatnya, mulainya di sebelah kiri dan
berakhir di sebelah kanan pintu gerbang itu. Maka secara nyata bahwa
sebelah timur adalah tangga naik yang sesungguhnya (utama) dan menuju
puncak candi, artinya bahwa candi menghadap ke timur meskipun sisi-sisi
lainnya serupa benar.
Cerita pada relief candi Borobudur secara singkat bermakna sebagai berikut :
KARMAWIBHANGGA
Sesuai dengan makna
simbolis pada kaki candi, relief yang menghiasi dinding batur yang
terselubung tersebut menggambarkan hukum karma. Deretan relief tersebut
bukan merupakan cerita seri (serial), tetapi pada setiap pigura
menggambarkan suatu cerita yang mempunyai korelasi sebab akibat. Relief
tersebut tidak saja memberi gambaran terhadap perbuatan tercela manusia
disertai dengan hukuman yang akan diperolehnya, tetapi juga perbuatan
baik manusia dan pahala. Secara keseluruhan merupakan penggambaran
kehidupan manusia dalam lingkaran lahir - hidup - mati (samsara) yang
tidak pernah berakhir, dan oleh agama Buddha rantai tersebutlah yang
akan diakhiri untuk menuju kesempurnaan.
LALITAWISTARA
Merupakan penggambaran
riwayat Sang Buddha dalam deretan relief-relief (tetapi bukan merupakan
riwayat yang lengkap ) yang dimulai dari turunnya Sang Buddha dari sorga
Tusita, dan berakhir dengan wejangan pertama di Taman Rusa dekat kota
Banaras. Relief ini berderet dari tangga pada sisi sebelah selatan,
setelah melampui deretan relief sebanyak 27 pigura yang dimulai dari
tangga sisi timur. Ke-27 pigura tersebut menggambarkan kesibukan, baik
di sorga maupun di dunia, sebagai persiapan untuk menyambut hadirnya
penjelmaan terakhir Sang Bodhisattwa selaku calon Buddha. Relief
tersebut menggambarkan lahirnya Sang Buddha di arcapada ini sebagai
Pangeran Siddhartha, putra Raja Suddhodana dan Permaisuri Maya dari
Negeri Kapilawastu. Relief tersebut berjumlah 120 pigura, yang berakhir
dengan wejangan pertama, yang secara simbolis dinyatakan sebagai
Pemutaran Roda Dharma, ajaran Sang Buddha di sebut dharma yang juga
berarti "hukum", sedangkan dharma dilambangkan sebagai roda.
JATAKA DAN AWADANA
Jataka
adalah cerita tentang Sang Buddha sebelum dilahirkan sebagai Pangeran
Siddharta. Isinya merupakan pokok penonjolan perbuatan baik, yang
membedakan Sang Bodhisattwa dari makhluk lain manapun
juga. Sesungguhnya, pengumpulan jasa/perbuatan baik merupakan tahapan
persiapan dalam usaha menuju ketingkat ke-Buddha-an.
Sedangkan Awadana,
pada dasarnya hampir sama dengan Jataka akan tetapi pelakunya bukan
Sang Bodhisattwa, melainkan orang lain dan ceritanya dihimpun dalam
kitab Diwyawadana yang berarti perbuatan mulia kedewaan, dan kitab
Awadanasataka atau seratus cerita Awadana.
Pada relief candi Borobudur jataka dan awadana, diperlakukan sama, artinya keduanya terdapat dalam deretan yang sama tanpa dibedakan.
Himpunan
yang paling terkenal dari kehidupan Sang Bodhisattwa adalah Jatakamala
atau untaian cerita Jataka, karya penyair Aryasura dan jang hidup dalam
abad ke-4 Masehi.
GANDAWYUHA
Merupakan
deretan relief menghiasi dinding lorong ke-2,adalah cerita Sudhana yang
berkelana tanpa mengenal lelah dalam usahanya mencari Pengetahuan
Tertinggi tentang Kebenaran Sejati oleh Sudhana.
Penggambarannya
dalam 460 pigura didasarkan pada kitab suci Buddha Mahayana yang
berjudul Gandawyuha, dan untuk bagian penutupnya berdasarkan cerita
kitab lainnya yaitu Bhadracari.
ARCA BUDDHA
Selain
wujud buddha dalam kosmologi buddhis yang terukir di dinding, di
Borobudur terdapat banyak arca buddha duduk bersila dalam posisi lotus
serta menampilkan mudra atau sikap tangan simbolis tertentu.
Patung buddha dalam relung-relung di tingkat Rupadhatu,
diatur berdasarkan barisan di sisi luar pagar langkan. Jumlahnya
semakin berkurang pada sisi atasnya. Barisan pagar langkan pertama
terdiri dari 104 relung, baris kedua 104 relung, baris ketiga 88 relung ,
baris keempat 72 relung, dan baris kelima 64 relung. Jumlah total
terdapat 432 arca Buddha di tingkat Rupadhatu.
Pada bagian Arupadhatu
(tiga pelataran melingkar), arca Buddha diletakkan di dalam stupa-stupa
berterawang (berlubang). Pada pelataran melingkar pertama terdapat 32
stupa, pelataran kedua 24 stupa, dan pelataran ketiga terdapat 16 stupa,
semuanya total 72 stupa. Dari jumlah asli sebanyak 504 arca Buddha,
lebih dari 300 telah rusak (kebanyakan tanpa kepala) dan 43 hilang
(sejak penemuan monumen ini, kepala buddha sering dicuri sebagai barang
koleksi, kebanyakan oleh museum luar negeri).